Minggu, 27 April 2008

SELAMAT MENGERJAKAN UJIAN NASIONAL

Adik-adik tercinta yang berada di Propinsi Bengkulu dari Tingkat Sekolah Dasar sampai Tingkat Sekolah Menengah Atas. Kakak Menyampaikan pesan beriktiar, belajar dan berdoah kepada Allah. adik-adik kerjakan setiap soal dengan kejujuran Insah Allah Tuhan Membantu adik-adik, dan janganlah percaya dengan SELEBARANn atau SMS yang tidak bertanggung jawab tentang jawaban soal ujian Nasional atau ujian sekolah. kakak hanya dapat mendoa'h kan agar adik-adikku sekalian dapat lulus dalam Ujian akhir tahun ini. dan dapat melajutkan ke jenjang yang lebih tinggi Amin. == ** khallaah*==

Senin, 14 April 2008

MENDISIPLIKAN ANAK TANPA HUKUMAN

Ali-Ali atau praktisi pendidikan pasti sepakat bahwa salah satu upaya sekolah yang paling strategis untuk menigkatkan kualitas hasil belaar yaitu mealui pembinaan disiplin terhadap anak secara efektif dan efisien, mereka sangat yakin anak didik mecapai prestasi seagaimana yang telah dicanangkan oleh pihak sekolah.

Kalau begitu disiplin merupakan kata kunci yang saa dengan sega upaya sekolah untuk menegakan segala ketentuan yang telah digariskan dan diwujudkannya dapat dikenali dalam bentuk tatatertib dan aturan-aturan yang harus dijalankan (guru- siswa) selama di sekolah.

Ditinjau dari spek-aspek yang terkandung di dalamnya, disiplinsekolah meliputi :

  1. Ketertiban belajar.
  2. Sopan santun dalam pergaulan di sekolah.
  3. Kerapian dalam berpakaian
  4. Kejujuran dalam bertindak
  5. Pengunaan waktu dengan efisien
  6. Pemanpaatan dan pemeliharan sarana pembelajaran.
  7. Hubungan dengan masyarakat di sekeliling lingkungan sekolah dan masyarakat luas. (Sunardi 1985).

Jika penerapan aspek tersebut secara teat dalam proses pembelajaran di sekolah menghsilkan nilai yang positif, pada anak didik, tetapi jika peerpanya sebaliknya maka tata tertib akan dianggap sebagai membun kemampuan dan kereatifpitas anak didik. dari peneapan disiplin yang menjurus pada pengenaan sangsi atau hukuman baik dengan kata-kata atau dengan kekuatan fisik.

Banyak contoh penerapan disiplin siswa di sekolah yang mengarah pada peneraan pendisiplinan dengan kekuatan fisik. seperti yang teradi di IPDN Jati Nangor Jawa Barat sehingga megakiatkan koran baik meniggal atau cacat pisk, tetapi yang lebih arah lagi adalah psikis (mental) sehingga anak didik akan merasa dendam dn akan membaasnya keada adik-adik tingkatya dengan alil pendisiplinan.

Contoh lain seperti yang terjadi di suatu SMA di Singo Sari Malang dengan dalil membina disiplin siswa, serang oknum guru tanpa rasa bersalah memukul salah seorang siswa dengan selang Air hingga menimbulkan luka yang serius gara-gara siswa tersebut dianggap bertinak kurang sopan, karena memberikan suport kepada tim kelasnya yang sedang bertaning dengan teriakan yang kurang sopan dari dalam kelas. akibat perlakuan guru yang tidak berkemanusiaan tersebut akhirnya menyulut dendam siswa yang lain sebagai bentuk solidaritas mereka beramai-ramai melakukan unjuk rasa memprotes tindakan oknum guru tersebut, dengan meminta supaya guru tersebt tidak mengjar lagi di sekolah tersebut. (Malang Pos 19 Agustus 1999/Majalah fasilitator edisi 1 tahun 2006).

Contoh yang teradi di Bengkulu yaitu di muko-muko oknum guru memberikan hukuman dengan memukul siwanya sehingga mengalami cedera, dan akhirnya harus di obati ampai semuh di ruma sakit , walaupun dengan dalil memberikan pembinaan agar siswa tersebut bertingkah laku lebih baik namun apa yang terjadi keluarga siswa tidak terima walaupun akhirnya dapat diselesaikan secara keeluargaan. (Rakyat Bengkulu , Maret 2008) dan masih banyak kasus – kasus yang lain terjadi d sekolah-sekolah atau perguruan tigi baik hukuma berbentuk fii maupun nn fisik dengan dalil medisiplikan siswa atau mahasiswa.

Intensitas Perilaku Buruk Siswa.

Secara teoritik etilogi untuk tumbuh dan berkembannya perilaku pada manusia dapat dilihat dari motifnya mengndung 3 unsur yitu :

  1. Motivating state yaitu perilaku teradi karena terangsang stimulasi atau seresi hormonal dalam diri mansia.
  2. Motiatin bearvior yaitu perilku terjadi semata-mata untuk memenuhi kepuasan kebutuhan dan brsifat intrumental (sadar atau tdak sadar)
  3. Satisfied condition yaitu agar terpeliharanya homeostasis.(Makmun, 2003)

atas dasar itulah hampir setiap tindakan atau perbuatan apapun yang dilakukan oleh seseorang senantiasa memiliki tendensi tertentu baik perbuatan itu hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan sesaat maupun untuk tujuan yang telah direncanakan.

Tumbuh kembangnya perilaku buruk menurut Dreikuns dan Cossel (1994) dalam bukunya “ DISIPLINE WITHHOUK TEARS” berdasarkan hasil pengamatannya menjelaskan bahwa perilaku buruk yang muncul pada anak didik secara spesifik terkristalisasi menjadi :

  1. Untuk menarik perhatian
  2. Untuk mendapatkan kekuasaan
  3. Dipicu perasaan dendam
  4. Mempertontonkan kekuranganya.

Untuk lebih jelasnya pengertian masing-masing aspek yang dimaksud dapat disimak dari contoh-contoh kasus berikut :

  1. Pada kasus untuk menarik perhatian orang lain, guru atau orang tua, anak biasannya menggunakan 2 cara yaitu;

a. Melalui perilaku aktif distruktif

b. Pasif deskriftif

- Pada khususnya aktif distruktif, anak menjalankan aksinya dengan cara melakukan kebaikan yang sangat mencolok untuk menutupi “Kekuatan Buruk” yang sebenarnya itikad jelek pada siswa yang memiliki ini.

Lantaran intensitas melakukan perbuatan tersebut bukan untuk belajar atau bekerjasama, melainkan berusaha menonjolkan dalam rangka menarik perhatian yang khusus.

Kekeliruan anak dalam menyesuaikan diri lewat menarik perhatian, akan tampak lebih jelas manakala pujian atau perhatian yang diharapkan tidak berhasil di dapatkan, maka sikap anak baik yang dilakukan akan berakhir.

- Pada kasus pasif distruktif, anak menjalankan, aksinya untuk menarik perhatian dalam pormat “anak manis, anak Kesayangan” guru atau anak perlu “ belas kasihan” semakin banayak usaha yang dilakukan oleh anak untuk mencapai tujuannya makin tinggi perhatian yang diharpkan oleh anak, namun bila perhatian yang diharapkan dari guru tidak sepadan dengan usaha, yang dilakukan maka anak tidak bergairah lagi untuk belajar efeknya cenderung menjadi pemalas, bahkan kearah yang negative. Jika orang tua atau guru tidak segera mengambil tindakan dalam menghadapi tuntutan anak untuk memperoleh perhatian yang berlebihan tersebut, biasanya anak akan melakukan ekpasi terhadap “Kekuasaannya” agar menjadi “Penguasa” pada diri anak akan tumbuh pikiran-pikiran yang menjurus salah seperti sifat ego pribadi yang penting bagi saya orang lain masa bodoh, jika sifat berkuasa pada siswa muncul di kelas, biasanya guru akan berpikir bahawa eksistensinya sebagai penguasa kelas, biasanya guru melakukan serangan balik untuk meredam munculnya bibit kekuasaan pada siswa dan jika langkah tersebut benar-benar dilakukan oleh guru, barang kali sama halnya guru telah menuangkan bensin kedalam api yang menyala.

Bila anak tidak mampu lagi melakukan perlawanan untuk mendapatkan kekuasaannya maka anak akan mencari cara lain, untuk melakukan tindakan pembalasan yakni dendam, munculnya sifat dendam pada anak biasannya perasaan anak yang terpukul yang disebabkan oleh perilaku guru baik secara batin (kata-kata yang menyakitkan) maupun Fisik (Dr.Mohammad Efendi. M.Pd.M.Kes/Majlah Fasilitator Edisi 1 tahun 2006)

Menerapkan Disiplin di Sekolah Tanpa Memberikan Hukum.

Dari urian diatas, salah satu tugas sekolah mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran melalui pembinaan disiplin, kepada seluruh personil sekolah, termasuk didalamnya interaksi guru, siswa, melalui interaksi yang efektif. Antara guru dengan siswa, antara siswa dengan tenaga kependidikan , antara siswa dengan siswa dan antara komponen sekolah dengan masyarakat disekitar sekolah..

Nasution (1983) berpendapat sekolah tanpa disiplin maka kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, dan pelanggaran akan terjadi bilamana syarat tersebut tidak dipahami atau tidak diterima dengan baik, karena komunikasi antara keduanya tidak serasih.

Impelementasi pernyataan tersebut menekankan pentingnya disiplin sebagai salah satu alat atau sarana yang dapat digunakan sebagai landasan untuk menghindarkan suasana kelas dari kekacauan, kegiatan belajar yang tidak efektif, atau murid bertingkah laku semaunnya.

Membina disiplin anak didik/siswa bukan lah hal yang mudah , tidak semuda menyampaikan materi bidang study atau mata pelajaran yang diajarkan didepan kelas..

Menerapkan kedisiplinan pada peserta didik atau siswa dapat dilakukan tanpa memberikan hukuman yang keras diataranya.

  1. Peraturan tatatertib yang dibuat oleh sekolah itu selalu diingatkan kepada siswa agar siswa memahami betul.
  2. Peranan guru walikelas, sebagai penggati orang tua siswa dan merupakan mediator antara guru-guru lain dengan siswa, selai masalah-masalah yang dihadapi siswa dapat diselesaikan.
  3. Peranan guru BP/BK di sekolah sangatlah pital dan stategis. Karena guru BP membina setiap siswa untuk mengetahui peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah, memahami sifat dan perilaku siswa secara individu, agar guru-guru yang mengajar di dalam kelas betul-betul mengetahui keadaan siswanya secara keseluruhan, baik keperibadian, sosial, ekonomi, imtaqdan kemampuan intelgensi siswa untuk menangkap mata pelajaran yang diberikan guru.

Guru BP/BK juga berperan untuk mengarahkan siswa yaitu BK (Bimbingan Karier) semua siswa dilihat bakat, kemampuan dan minanya dalam proses pembelajaran baik intera dan ekstra kuriukuler, agar siswa dapat mempokuskan kegiatannya misalnya jika siswa tinggi badanya, maka dapat diarahkan untuk mengikuti kegiatan olahraga polly, basket, atlitik dsb, juga jika siswa sangat pandai dalam berbahasa inggeris maka diarahkan untuk mempersiapkan diri dalam kelompok Inggelis Clup. Juga untuk yang lain.

Peranan guru BP/BK juga sebagai mediator antara pihak sekolah dengan orang tua siswa yang tentunya bekerja sama dengan wali kelas, wakil urusan kehumasan, kesiswaan.

4) Dalam menerapkan disiuplin siswa untuk belajar, dapat dilakukan diantaranya dengan :

a. Pembelajaran yang didesain oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswanya

b. Pembelajaran dengan model Out Door, ini membuat siswa bergairah untuk meyelesaikan setiap persoalan yang diberikan oleh gurunya secara berkelompok guru hanya sebagai pasilitator saja

c. Dengan model peme\belajaran NHT, Problem posing dan sebagainya

d. Dengan pemberian tugas berbentuk Poto Polio daiantaranya guru jika memberikan soal pekerjaan rumah kepada siswanya sedapat mungkin setiap siswa mendapatkan soal yang tidak sama, dan setiap siswa \menyiapkan Map jepoit diberi nama dan nomor daftara hadirnya. Kesepakatan dibuat setiap anak harus mengejakan sendiri jawabanya, jika waktu mengumpulkan ada anak yang masih mengalami kesalahan guru memberikan bimbingan sampai siswa tewrsebut betul betul memahaminya dan setelah itu diberikan soal yang bentuknya hampir sama siswa di suruh mengejakan jika siswa dapat mengerjakan maka siswa betul-betul paaham, dan juga bagi siswa yang pintar maka guru memberikan bobot soalnya berbeda dengan siswa yang lemah, siswa dapat sewaktu-waktu melihat dan memperbaiki pekerjaan rumahnya yang di taruh didalam map. Keuntungan pertama sistim ini nantinya kumpulan soal-sola yang dimiliki siswa dapat dipinjam jika menghadapi ujian dan menukar sesame temanya sola . keuntungan ke dua guru dengan muda mengetahui tingkat kemampuan siswanya di dalam kelas sehingga guru dapat mengambil beberapa langkah untuk membantu siswa dengan berkoordinasi dengan wali kelas, guru BP/BK yang langsung dimediatorkan dengan orang tua siswa.

5) Untuk orang tua/wali siswa hendaknya selalu mengadakan koordinasi dengan pihak sekolah, jika perlu setiap bulan orang tua melihat perkembangan siswanya melalui Guru BP/BK dan wali kelasnya.

6) Hendaknya setiap orang tua jika anakanya mendapat kesulitan belajar atau pergaulan maka orang tua dengan cepat mengadakan koordiansi dengan pihak sekolah. --- KHALLA--- 10-21-98

National Geographic News