Minggu, 19 September 2010

BERBASIS SENTRA PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELOMPOK BERMAIN DAN TEMPAT PENITIPAN ANAK.

BERBASIS SENTRA PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN
DI KELOMPOK BERMAIN DAN TEMPAT PENITIPAN ANAK.























Contoh kegiatan Sentra diambil pada PAUD Dellia
Kota Bengkulu

Pengertian, Manfaat.

Istilah sentera sering disebut juga dengan area, sudut kegiatan (activity center), sudut belajar (learning centre) atau sudut minat (interst centre), sentra dapat diartikan sebagai permainan dan kegiatan yang disusun sedemikian rupa untuk memberikan semangat pada kegiatan pembelajaran secara khusus, yaitu yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, musik, seni, sains, balok bangunan dan seni berbahasa (gilley , 1980) Sentra juga dapat diartikan sebagai zona atau area bermain anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam 3 jenis bermain, yaitu bermain sensorimotor atau bermain fungsional, bermain peran dan bermain pembangunan (depdiknas 2005)
Pada kegiatan sentra mempunyai keterakitan yang kuat dengan beberapa pandangan ahli pendidikan, seperti Pestalozzi yang percaya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan anak lain dan lingkungannya. John Dewey dengan penekanannya pada ”belajar sambil bekerja” dan ”hubungan organik antara pendidik pendidik dan pengalaman seseorang” serta Montessori dengan pemikirannya bahwa anak kecil belajar melalui tugas-tugas dan alat-alat belajar yang disiapkan dengan hati-hati (Mayesky. 1990).
Sistem Pembelajaran Paln-Do-Review atau sering disebut PDR dikembangkan pada tahun 1960 dapat dikembangkan pada anak usia dini dalam bentuk kegiatan dalam bentuk sentra., sistem sentra ini dilaksanakan secara terpadu dengan sistem BCCT. Banyak manfaat yang akan diperoleh melalui pendekatan sentra khususnya bagi anak sebagai berikut :
1. Meningkatakan kreativitas anak dengan memberikan kesempatan padanya untuk bermain, bereksplorasi, dan menemukan bahwa kegiatannya akan membantunya dalam memecahkan masalah, mempelajari keahlian dasar dan memahami konsep-konsep baru.
2. Melalui sentra , anak dapat memanipulasi objek dalam sentra-sentra yang disediakan, mengembangkan percakapan dan bermain peran serta belajar sesuai tingkatan dan langkah-langkah yang diinginkan.
3. mengembangkan keahlian belajar yang mandiri sejak dini ( self directing) dan koreksi diri ( self correcting) yang alamiah terhadap berbagai alat di sentra kegiatan (Mayesky. 1990)


Selain itu, penataan ruangan pada kegiatan berbasis sentra biasanya jauh lebih meriah dari pada pendekatan klasikal biasa . Hal ini sangat sesuai dengan cara kerja otak manusia. De Porter mengatakan bahwa belajar itu bertaraf ganda. Belajar terjadi baik sadar maupun tidak sadar dalam waktu bersamaan. Otak senantiasa dibanjiri stimulus dan otak memilih fokus tertentu saat demi saat (De Porter, Singer-Nourie. 2000). Dia mengutif pendapat Lozanov (1979) yang mengatakan bahwa meskipun kita secara sadar hanya memperhatikan masukan satu-satu, otak maupun secara tak sadar memperhatikan banyak hal dari banyak sumber sekaligus. Dari cara poster ditempelkan di dinding, pengaturan bangku penyusunan bahan persediaan, hingga tingkat kebersihan kelas, semua berbicara seperti kata Dorithy (1991) segala sesuatu dalam lingkungan kelas yang dapat menyampaikan pesan yang memacu attau menghambat kegiatan pengembangan.
Penataan ruangan untuk kegiatan berbasis Sentra dengan macam-macam media, poster, display, serta kebebasan dalam memilih kegiatan pada sentra. Sentra yang disediakan harus disesuaikan dengan apa yang disarankan oleh Brain Cambourne tentang kinci-kunci pokok yang akan mengembangkan perbendaharaan bahasa pada anak melalui bahasa global, yaitu berupa pengharapan dan kesibukan, pengharapan artinya anak diharapkan belajar dan bekerja sesuai dengan taraf perkembanganya. Untuk mengembangkan kemampuan potensi diri anak maka perlu disediakan berbagai jenis sentra untuk mengembangkan kesempatan anak belajar aktif sesuai pada perkembangannya.














Penggunaan sentra kegiatan ini juga sagat sesuai dengan apa yang disarankan oleh NAEYC tentang strategi mengajar yang sesui dengan perkembangan (Developmentally Appropriate Practice atau DAP), untuk anak usia 0 – 4 tahun adalah :
1. Pembagian ruang dirancang sedimikian rupa sehingga anak dapat menimati saat kegiatan tenang/istirahat, berguling-guling atau merangkak.
2. Ruang tapak meria dan dihiasi berbagai gambar yang dpasang dengan tinggi sesuai mata bayi/anak. Gambar-gambar tersebut dapat berupa gambar wajah orang yang dikenali. Hewan yang disayangidan fhoto keluarga yang menarik.
3. Area untuk penggatian popok, tidur, pemberia makan, dan kegiatan bermain dibuat terpisah atau bersekat-sekat untuk menjamin sanitasi serta menciptakan ketenangan dan kenyamanan.
4. Area sentra yang dipergunakan untuk bermain dipindahkan-pindah secara berkala dalam sehari yang akan membuat bayi merasakan perspektif yang berbeda tentang berbagai orang dan tempat . Bayi dirawat dengan baik di dalam dan si luar ruang.
5. Pendidik menyediakan lingkungan untuk anak belajar dengan cara aktif berekslorasi dan interaksi dengan orang dewasa, anak lain dan alat-alat yang ada.
6. Pendidik mempersiapkan banyak bahan dan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kemapuan motorik halus, mengekslorasi lingkungan, menyelidiki alam, mengadakan percobaan, dan mengembngkan kempuan bahasa dan musik anak.
7. Anak-anak memilih beberapa kegiatan yang diinginkannya dari berbagai variasi kegiatan di area sentra belajar yang telah diperrsiapkan oleh pendidik.
8. Anak memilih dari berbagai kegiatan yang telah disiapkan pendidikan atau anak dapat secara spontan mengusulkan suatu kegiatan baru.
9. Mainan disiapkan dalam loker-loker yang terbuka dan tinggi loker yang sesuai sehingga anak dapat memilihnya sendiri tanpa minta tolong pada pendidik. Mainan tersebut dapat .

BMP PAUD 4306 Perkembangan dan Konsep dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jika anda akan mendapatkan penjelasan tentang DAP ini dapat dipelari kembali dari















KEGIATAN SENTRA PERSIAPAN UNTUK ANAK USIA DINI

Sentra persiapan merupakan salah satu sentra yang disediakan di lembaga pendidikan anak usia dini termasuk di KB dan TPA karena tidak dapat kita pungkiri bahwa sebenarnya anak-anak sudah tertarik untuk membaca sejak penglihatannya mulai berfungsi dengan baik. Sentra persiapan ini diadakan untuk mengembangkan potensi anak khususnya dalam masalah keaksaraan.
Pandaandangan para ahli tentang munculnya keaksaraan pada anak usia dini ? Apa sesungguhnya yang dimasud dengan sentra persiapan?, Apa saja yang perlu dilakukan pendidik dalam memberikan pijakan bagi anak-anak di sentra persiapan?, Bagaimana taha-tahap perkembangan anak usia dini keterkaitannya dengan keaksaraan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terjawab pada pembahasan kegiatan Belajar.

A. Pengertian dan Cakupan Sentra Persiapan.
Sentra persiapan merupakan sentra yang diadakan untuk mengembangkan keaksaraan anak di lembaga pendidikan anak usia dini sehingga anak siap untuk menempuh pendidikan selajutnya. Istilah persiapan diguunakan karena untuk memasuki dunia sekolah, anak diharpkan telah memiliki kesiapan bersekolah (school readiness) terutama meliputi kesiapan yang berkaitan dengan keaksaraan yaitu membaca, menulis, mengeja dan berbicara sebagai keterampilan dasar untuk mempelajari beragam pengetahuan yang lain. Pada lembaga-lembaga pendidikan anak tertentu sentra persiapan tetap dinamakan dengan sentra keaksaraan (literacy center)
Sentra persiapan terutama ditujukan pada ranah perkembangan kognisi(berpikir) dan motorik halus Kegiatan yang diberikan pada sentra ini adalah membaca dan menulis. Pada sentra ini, anak-anak dapat mengembangkan konsep tentang menvetak, pengetahuan tentang huruf berbagai hhasil media cetak dan kepekaan perbedaan tentang huruf berbagai hasil media cetak dan kepekaan perbedaan bunyi dari berbagai huruf. Adapun bahan-bahan yang disediakan dengan teliti di sentra ini ajkan lebih menujang munculnya keaksaraan pada anak dari pada materi yang diberikan secara tersetruktur oleh pendidik peran pendidik di sentra ini adalah mentiapkan lingkungan mengamati tingkat perkembangan anak, dan menggunakan pertanyaan anak untuk membawanya ke tingkat berpikir yang lebih tinggi
Dikelas yang kaya dengan keaksaraan, pendidik yang baik akan membacakan buku, mendongeng, bernyanyi, dan berbicara dengan anak sepanjang hari di semua sentra yang ada. Pendidik juga akan menempatakan buku dan bahan menulis, di sentra pembangunan misalnya pendidik dapat menyediakan kertas, spidol, dan pensil selaian balok-balok berbagai jenis dan ukuran, disentra permainan peran pendidik dapat menyiapkan daftar makanan, kuitansi pembayaran restoran, buku catatan, buku-buku bacaan, majalah, pensil, krayon, dan pulpen dimana kegiatan membaca dan menulis merupakan kegiatan sehari-hari., jika kegiatan keaksaraan ini telah tertanam pada diri anak maka pendidik menyiapkan tempat-tempat kuhsus dalam sentra persiapan.. dimana tempat –tempat permainan sentra ditata sesuai dengan tingkatan perkembangan umur anak
Percakapan antara stu anak dengan anak lain delama berada di sentra ini juga akan mendukung pertumbuhan berbahasa anak (Mc.Gee, 2002 dalam Diknas, 2004) .
Dalam pelaksanaanya sentra persiapan dapat dilengkapi dengan model pojok –pojok kegiatan. Seperti :
a. pojok perpustakaan yang didesain semenarik mungkin bagi anak,
b. Pojok-pojok pembuata buku kadang disebut juga pajok menulisn yang disediakan untuk menambah keinginan siswa untuk melakukan kegiatan tulis menulis secara reflek sesuai dengan imajinasi anak.
c. Pojok mendengarkan atau sering disebut dengan pojok menyimak ruangan perlu didesai dan dilengkapi dengan tape recorder, TV, LCD. Hendpone dari beberapa cerita yang ada didalam buku..















Dari model pembelajaran menggunakan pojok bagi anak usia dini memiliki bebetapa manfaat berikut menurut (Dodge & Caelker, 1999)
1. Mengembangkan imanjinasi dan kreative anak.
2. Mempelajari pentingnya media cetak sebagai alat komunikasi.
3. Mendapatkan informasi dan menyesuaikan dengan pengalaman baru melalui membaca dan menyimak cerita dalam berbagai topik.
4. Melalui berbagai topik bacaan, anak belajar untuk berkompromi dengan berbagai situasi sulit.
5. Memperoleh pengetahuan tentang sains, matematika, sejarah, kesehatan, keselamatan dan tokoh terkenal.
6. Belajar tentang tanggung jawab sosial, seperti bagaimana menjadi teman yang baik, cara memelihara lingkungan, saing berbagi, bersabar dalam keadaan antri mendapatkan sesuatu, dan bagaiman cara bersikap dalam keadaan tertentu.
7. Menjadi terbiasa dengan segala jenis media keaksaraan.
8. Melalui cerita-cerita yang ada didalam buku akan membantu naka memahami berbagai perasaan, pertanyaan dan masalah yang dialaminya.
9. Memberikan insentif yang sangat ampuh gara anak-anak senang untuk membaca.


























B. Pijakan Sentra Persiapan Berdasarkan Pendekatan BCCT
Pada tulisan sebelum ini tentang BCCT, maka untuk pijakan bermain sentra terdiri dari 4 jenis yaitu :
1. Pijakan lingkungan main
Sebelum anak masuk kesentra-sentra persiapan pendidik perluu mengatur dan menyiapak lingkungan keaksaraan sehingga saat naka masuk ke dalam ruangan ruang telah siap. Langka-langkah yang dilakukan adalah :
a. Merencanaka pengalaman untuk intensitas dan densitas bermain sebagai pengelolaan awal lingkungan keaksaraan.
b. Menata tempat main untuk dua anak atau lebih agar anak dapat saling belajar satu sama lain dengan temannya
c. Dihindari penataan tempat main yang selaluharus diarahkan oleh pendidik sehingga membuat pendidik lebih bebas melakukan dengan anak didik satu persatu.
d. Memilih bahan untuk pembelajaran yang tepat dan baik untuk meningkatkan kemampuan peserta didik.
e. Menyediakan bahan-bahan pembelajaran untuk meningkatkan keaksaraan peserta didik.
f. Menyediakan berbagai kegiatan yang memungkinkan anak untuk melatih perkembangan motorik halus.
g. Menyediakan berbagai jenis bahan untuk menulis dan membaca.
h. Menyediakan berbagai macam buku dengan topil dan ukuran yang beragam.
















2. Pijakan Sebelum Anak Main
Selum mulai kegiatan anak-anak berkumpul di tempat yang ditentukan untuk mengikuti ” saat lingkaran (sircle time) pada saat lingkaran ini pendidik perlu melakukan langkah-langkah berikut (Drpdikans 2004)
a. Memberikan arahan pada anak-anak tentang apa yang pendidik harapan dari mereka pada setiap kegiatan.
b. Memberikan informasi tentang bahan dan kegiatan yang baru
c. Mencontahkan penggunaan bahan-bahan secara tepat dan menyampaikan aturan pemakaiannya dengan ringkas.
Langkah-langkah di atas membuat sentra persiapan menjadi sentra yang lebih berpusat pada anak. Nantinya anak bebas untuk berpindah dari melakukan berbagai kegiatan yang sudah dijelaskan pada mereka.
Sentra persiapan merupakan salah satu sentra ”Kerja” sehingga pendidik mendunkung pengertian ini dengan menyebutkan sentra ini sebagai ”tempat kerja” sebelum anak memulai kegiatan pada sentra ini, pendidik meminta anak untuk memperhatikan kira-kira berapa banyak kegiatan yang dapat mereka selesaikan selama disentra ini, dimana kegiatan anak didalam sentra ini perlu dukungan dari pendidiknya secara penuh agar anak akan bekerja keras untuk dapat menyelesaikan kegiatan disentra yang ada tanpa anak merasa terbebani jiwanya. Dimana untuk melakukan kegiatan di sentra pendidik perlu melakukan langkah-lanhkah :
a. Pilihlah sebuah kegiatan di sentra persiapan
b. Selesaikan kegiatan tersebut.
c. Tunjukan ke pendidik apa yang sudah kamu lakukan
d. Bereskan peralatan yang kamu gunakan pada kegiatan tersebut
e. Beralih dan pilihlah kegiatan lainnya.
Setelah anak selesai dari pengarahan anak dapat memilih kegiatan dengan menggunakan 2 atau lebih variabel, petunjuknya agar anak tidak berebut, misalnya pendidik mengatakan “Siapa yang berumur 4 tahun, memakai baju merah, dan seorang anak perempuan, silakan memilih keegiatan lebih dahulu” dan seterusnya sampai semua anak melakukan kegiatan.










3. Pijakan Selama Anak Bermain
Ketika anak mulai melakukan kegiatan, pendidik harus mencatat apa yang dipilih anak pertama kali, pilihan mereka sering kali menjadi petunjuk tingka perkembangannya saat itu. Anak yang pertama kali memilih kegiatan menulis atau membaca, menunjukkan bahwa bidang itulah ketertarikan dan kemampuan mereka , jika anak ragu-ragu dan terlihat kesulitan memilih kegiatan atau justru terpaku pada satu kegiatan saja, itu mungkin artinya anak tersebut belum siap untuk menjadi “seorang pekerja” beberapa anak mungkin akan menghinnadri tempat menulis dan membaca yang artinya mungkin kegiatan ini tidak sesuai dengan perkembangannya saat itu.
Secara singkat, pijakan pengalaman selama anak bermain di sentra keaksaraan terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut (Depdiknas 2004)
a. Memberikan setiap anak kesempatan keaksaraan sepanjang hhari dalam setiap pengalaman bermain.
b. Memberikan setiap anak kesempatan berhubungan langsung secara kontinu dengan buku, bahasa dan pengalaman motorik halus/kasar anak
c. Merancang dan mengelola setiap pengalaman keaksaraan agar menjadi pengalaman menyenangkan.
d. Menciptakan lingkungan yang menghargai semua usaha anak untuk menulis sehingga dia mau mengambil resiko untuk mencoba banyak hal.
e. Selalu bbersedia membantu anak untuk menulis.
f. Membantu anak di tahapan yang mereka perlukan (contoh kegiatan jika anak ingin tahu bagaimana kata itu dieja, penddidik dapat menulisnya di kertas lain untuk dijiplak di atasnya atau menuliskan kata tersebut untuk anak jika dia memintanya)
g. Meningkatkan dan mengembangkan bahasa anak melalui pertanyaan dan diskusi.
h. Mencontoh komunikasi yang tepat nelalui percakapan dengan anak.
i. Menambah kesempatan berteman pada anak melalui hubungan dengan teman sebaya.
j. Memperhatikan perilaku anak dan membuat dokumen perkembangan serta peningkatan keaksaraan dari tiap anak.
k. Merasa turut bergembira dalam setiap usaha keaksaraan yang dilakukan anak.
4. Pijakan setelah bermain
Pijkan pengalaman setelah bermain pada sentra persiapan terdiri dari langkah-langkah berikut (Depdiknas, 2004)
a. Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman bermainnya dan saling menceritakan pengalamannya.
b. Menggunakan waktu membereskan peralatan sebagai pengalaman belajjar positif melalui pengelompokan, urutan dan penataan lingkungan keaksaraan secara tepat

C. Tahapan Perkembangan anak dalam Menggunting, Meronce, Menulis dan Menggunakan Buku.
Dari penjelasan di atas, selain mempersiapkan anak untuk dapat membaca dan
menulis, sentra persiapan juga ditujukan untuk melatih motorik halus anak. Kegiatan motorik halus anak ini awalnya dilaksanakan dengan kegiatan yang dapat memperkuat koordinasi tangan dan genggaman, yang dapat dimualai sejak bayi, contoh latihan memungut benda-benda kecil dengan penjepit, bermain jari agar jari-jari anak luwes untuk menulis, latihan meremas merobek dengan sepenuh tangan atau menggunting. Latihan-latihan tersebut perlu dilaksanakan setiap hari dan terus dilajutkan selama usia dini.
Saat anak berlatih menggunting, pendidik dapat mengamati dan mendapingi serta melihhat kemajuan perkembangan motorik halusnya. Tahapan perkembangan mengguntingyang biasanya dilakukan anak usia dini adalah :
1. Menggunting sekitar pinggiran kertas, biasanya hanya menggunakan ujung gunting yang terbuka sedikit.
2. Menggunting dengan sepenuh bukaan gunting, artinya menggunting dengan membuka gunting tersebut seluruhnya smpai belakang, tidak hanya ujungnya saja.
3. Membuka dan menggunting terus-menerus sepanjang kertas, (anak sudah dapat membuka dan menutup gunting dengan benar)
4. Menggunting diantara dua garis lurus pada kertas dalam hal ini anak dapat menggunting kertas yang dilipat diantara dua garis namun hasilnya belum mampu membentuk garis lurus.
5. Menggunting bentuk tetapi tidak tepat mengikuti garis
6. Menggunting pada garis tebal dengan rapi dan terkendali.
7. Dapat menggunting berbagaimacam bentuk dari model yang diberikan.












Kegiatan melatih motorik halus anak lainnya sering dilakukan di sentra persipan
adalah meronce. Dengan alat manik-manik dan tali adapun tahapan-tahapan yang adalah sebagai berikut :
1. Mengosongkan dan mengisi kembai manik-manik dalam berbagai wadah.
2. Merangkai sesuatu untuk digunakan dalam bermain peran, misalnya alat pancing untuk berprofensi sebagai nelayan, kalung untuk ibu.
3. Merangkai terus menerus (meragkai manik-manik sepanjang tali tapi belum membua pola tertentu)
4. Merangkai manik-manik berdasarkan warnannya, disini anak sudah berusaha membuat pola rangkaian bersarankan kesamaan warna, misalnya merangkai manik warna biru, baru merah, lalu kuning, kemudia biru lagi dan seterusnya.
5. Merangkai manik berdasarkan bentuknya, disini anak sudah berusaha merangkai manik berdasarkan bentuk, tapi mengabaikan warna, misanya meranhkai manik kubus bermacam-macam warna, dilanjutkan manik berbentuk lingkaran bermacam-macam warna.
6. Merangkai manik berdasarkan warna dan bentuk dan ukuranya, pada pase ini anak sudah dapat merangkai manik dengan mmemperhatikan bentuk, warna dan ukuran, jadi selain bentuk, warna dan ukuran anak juga mulai mengurukan ukuran saat merangkai.
7. Anak sudah mampu membuat pola sendiri pada pase ini anak sudah terlatih motorik halusnya.

Pada kegiatan di sentra pesiapan ini kita juga akan melihat kegiatan menulis yang dilakukan anak-anak. Agar pendidik dapat menyimpulkan kemajuan anak dalam melakukan kegiatan menulis maka pendidik perlu mengetahui tahapan-tahapan perkembangannya yaitu sebagai berikut : (Depdiknas 2004)
1. Coretan-coretan acak (rendom scribbling)
Anak mulai membuat coretan sebagai coretan awal yang sering kali digabung-gabungkan seolah-olah tidak pernah lepas dari kertas membentuk benang kusut. Warna-warna coretaan dapat dikelompokan bersama dan menyatu campur baur atau terpisah-pisah dalam kelompok-kelompok per halaman coretan dapat dapat terdiri dari satu warna atau beberapa warna.
2. Coretan Terarah.
Coretan terarah dimunculkan dalam bentuk ggaris lurus ke atas atau mendatar yang diulang-ulang berupa ggaris-garis. Titik-titik bentuk lonjong atau lingkaran (tiruan huruf) yang mungkin terlihat tidak berhubungan dan menyebar secara acak diseluruh permukaan kertas.
3. Garis dan Bentuk khusus diulang-ulang atau menulis garis tiruan.
Diwujudkan melalui bbentuk, tanda dan garis-ggaris yang terarah. Dapat terlihat mengarah dari sisi kiri kekanan halaman dengan huruf-huruf yang sebebarnya atau berupa titik-titik sepanjang garis dan dapat megarah dari atas kewabah atau sebaliknya pada halaman kertas. Dimana huruf-huruf muncul secara berulang-ulangkali atau garus



4. Menulis Nama
Tulisan nama dapat dimulai dari huruf pertama, terakhir atau gabungan huruf dari namanya akan muncul berulang-ulangkali dalam berbagai warna alat-alat tulis (sepidol, krayon, pensil) dapat menuliskan namanya di depan bukunya atau membuat kata-kata lainnya dengan huruf.
5. encontoh kata-kata dari lingkungan.
Anak mmenulis kata-kata dari lingkungan secara acak dan diulang-ulang dalam berbagai ukuran, orientasi dan warna misalnya tulisan nama anggota keluarganya atau teman-teman akrabnya.
6. Menemukan Ejaan.
Tahap ini merupakan usaha pertama untuk memeriksa dan mengeja kata-kata dengan menggabungkan huruf yang bermacam-macam untuk mewujudkan sebuah kata, contohnya anak menulis ILDNS sebagai representasi dari I Love Dinasaourus.
7. Ejaan Umum.
Tahapan ini merupakan usaha madiri anak untuk membedakan berbagai huruf dan mencatatnya dengan benar menjadi kata yang lengkap.

Disamping kegiatan menulis di sentra persiapan ini dilakukan bermain-main dengan buku bacaan Berikut diuraikan tahap perkembangan anak dalam menggunakan buku, agar dapat anda jadikan panduan dalam menggamati kemajuan anak saat berinteraksi dengan buku.: (Dodge & Colker 1990)
1. Melihat-lihat buku
Meniru dari orang tua atau pendidiknya yang suka membaca, anak mulai suka melihat-lihat buku, dia juga sering minta dibacakan buku biasanya, satu buku yang sama akan terus dimintanya untuk dibacakan berulang-ulangkali sampai pendidik merasa lebih dahulu bosan karena membacakan cerita yang sama sampai berminggu-minggu. Padahal anak justru menikmati pengulangan cerita tersebut karena dia menyukainnya dan menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya dari halaman kehalaman dan dia akan merasa puas jika tahu jjawabannya benar.
2. Memahami urutan kejadia.
Anak mulai tahu bahwa suatu cerita mempunyai episode awal, tengah dan akhir, setelah minta dibacakan suatu cerita berulang-ulang anak akan senang menceritakan kembali isi buku tersebut.
3. Mengenali tulisan kata sebbagai simbol.
Anak mulai mengenali hubungan antara isi cerita dari suatu buku dengan gambbar dan kata-kata yang ada di tiap halaman buku. Dia mulai menyadari bahwa gambar berfungsi bberbeda-beda sesui dengan gambar yang ada, dan tulisan itu mewakili suatu pikiran atau gagasan.
4. Memadankan ucapan kata denga tulisannya.
Anak mula suka ”membaca” yang diikuti dengan gerakan jarinya pada teks atau kata tertentu dari buku. Hal ini menunjukan bahwa anak mulai memahami bawa rangakian huruf-huruf cetak akan mewakili kata tertentu.
5. Mengenali berbagai tulisan kata.
Sekarang anak tampak lebih berminat pada tesk dan menunjukkan keingintahuan tentang arti suatu kata , mereka biasanya suka sering bertanya ”ini (dibaca)apa”










Selama tahap ini, anak mengembangkan apa yang dia ketahui tentang berbagai kosakata yang sudah dia kenal tulisanya, mereka memperhatikan tulisan kata-kata tertentu dari buku favoritnya dan menggunakan kata-kata tersebut untuk percakapan sehari-hari.


Untuk Pembahasan Masalah Pembelajaran Pada Sentra Persiapan pada pendidikan anak usia dini (PAUD) saya akhiri dahulu, nanti pada tulisan yang kedua akan coba di bahas
1. masalah Penataan Ruang dab Media serta Rambu-rambu Pelaksanaan Sentra Persiapan di KB dan TPA.
2. Pengelolaan Sentra Main Perran dan Sentra Sains KB di Dan TPA
3. Pengelolaan Sentra Sains di Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak
4. Pengelolaan Sentra Pembagunan di Lembaga PAUD

































D.
Sentra

OUTDOOR DAN ANAK ANAK USIA DINI


OUTDOOR DAN ANAK ANAK USIA DINI


Kegiatan Outdoor pada anak Usia dini  diutamakan pada Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak dan juga Paud Sejenis.


PENGERTIAN AUTDOOR.

Autdoor adalah suatu kegiatan yang dilakukan diluar ruangan kelas (Indoor) dapat di lakukan di alam terbuka yang mempunyai tempat luas.

Kenapa pada anak usia dini perlu di masukan program  bermain  outdoor ?
Pada anak usia dini.
Pertama banyak kemampuan anak yang harus dikembangkan dan didapatkan, misalnya bereksplorasi, tantangan kemampuan motorik kasar dan halus, serta menggabungkan pengetahuan dasar yang sangat banyak dapat lebih efektif jika belajar di area outdoor.
Kedua  kebiasaan kita yang menjauhkan bermain outdoor dari anak-anak dan lebih memilih menggunakan komputer dan nonton telivisi, orang  tua yang sibuk dan terlalu lelah dengan aktivitasnya , serta standar pendidikan yang tinggi dan ketat menyebabkan anak jauh dari kegiatan bermain yang mengembangkan kemampuan diri anak secara alamiah..

Bermain outdoor bagi anak usia dini sangat penting, karena kegiatan diluar ruangan ini sangatlah menyenangkan. Sebagaian profesional dalam bidang anak usia dini sepakat bahwa bermain dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan fisik, kognitif, sosial dan emosional dengan penekanan pada berbagai aspek perkembangan tergantung pada fokusnya dan program kegiatan yang diberikan. Frost dan Worthman 1966 merangkum bagaimana masing-masing aspek perkembangan dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain dan mengkalsifikasikan  tipe-tipe materi yang cocok untuk masing-masing perkembangan anak. dan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak-anak berkembang di semua bidang perkembangan sehingga menuntut  orang dewasa berhati-hati dalam mengatur dan merancang kegiatan outdoor dengan memperhatikan septi (keamanan) .
Tempat outdoor juga haruslah mempunyai estetika harus menyenangkan, ruang outdoor harus menarik indra. Talbot dan Frost 1966 setiap desaian dalam outdoor haruslah dipertimbangkan tempat bermain yang menstimulus rasa tabjub dan kepekaan indra anak, hal ini akan berpengaruh terhadap motivasi anak untuk beraktivitas yang akhirnya meningkatkan kepekaan rasa anak dalam menyerap estetika.



Ada 3 Tujuan Anak Belajar Outdoor.
Dalam curriculum lingkungan  bermain outdoor adalah hal yang memerlukan perhatian yang sama dengan kegiatan di dalam kelas yang memperhatikan sofat emosional, sosial, ekonomi, kognitif dan fisik :
  1. Tujuan perkembangan Sosial Emosional.
a.    Mendemonstrasikan kemampuan sosial dengan membantu merawat taman, berpartisipasi dalam permainan bersama teman sebaya,
b.    Berunding dan kompromi serta kooperatif dengan sesama teman dalam menggunakan peralatan yang ada di arena bermain, berbagai alat , seni bermain kelompok.
c.    Mengekspresikan kreativitas, dengan membuat berbagai benda, seni, mengembangkan permainan baru.
d.    Mempertinggi rasa percaya diri (guna mengasah motorik halus dan motorik kasar)
e.    Menambahkan kemandirian, seperti mendaaki, turun dengan menggunakan tali sendri dan lainya.
f.     Menunjukkan prestasi yang dibaangakan , seperti memperkuatkan kekuatan fisik, membawa hewan peliharaan dan lain sebagainya.



  1. Tujuan Perkembangan Kognitif.
a.    Membuat suatu keputusan yang diambilnya sendiri.
b.    Merencanakan dan memiliki banyak ide dalam segala bentuk permainan yang di berikan.
c.    Memecahkan masalah dari setiap permainan yang diberikan oleh guru pembimbingnnya, seperti membuat terowongan dibukit  pasir dan dapat melakukan perpindahan permainan dari satu permainan ke permainan yang lain.
d.    Menggali pengalaman melalui berbagai peran dan kegiatan bermain.
e.    Dapat bekerjasama dengan teman-teman sepermainannya.
f.     Mengembangkan pemahaman konsep awal dalam bidang matematika
g.    Memperkaca kosa kata  dalam berdialog.




  1. Tujuan perkembangan Fisik.
a.    Mengembangkan motorik kasar dalam setiap kegiatan permainan sehari-hari. Seperti mendaki, bergelayutan, melompat, loncat tali dan berlari-lari
b.    Mengembangkan motorik halus seperti bermainan dengan air dan pasir, menggambar, melukis, mengumpulkan benda-benda kecil.
c.    Menambah koordinasi  gerakan dengan  mata dan tangan.
d.    Mengatur keseimbangan badan dalam melakukan kegiatan dalam permainan
e.    Menambah kesadaran akan ruang dan tempat tempat bermain.
f.     Menunjukan ketekunan dan ketahanan dalam melakukan kegiatan bermain dari sarana yang digunakan.





Sebagai catatan perkembangan outdoor  pada saat ini untuk anak usia dini sudah juga sebagian lembaga pengelolah memasukan program awal tahun atau akhir tahun dalam kegiatan Outbond.















Bengkulu,  April 2010


KODEL 1998




National Geographic News